Ngobrol Games – Di era serba digital seperti sekarang, hampir semua aspek hidup kita tak bisa lepas dari teknologi. Mulai dari bangun tidur, mengecek notifikasi di ponsel adalah refleks pertama. Saat makan, scrolling media sosial jadi teman setia. Belum lagi saat kerja atau kuliah, semua aktivitas dilakukan melalui layar. Bahkan waktu istirahat pun, banyak yang lebih memilih nonton drama, main game, atau browsing di internet daripada benar-benar rehat dari layar. Sekilas memang tampak normal, tapi sadar nggak sih kalau kebiasaan-kebiasaan ini bisa berdampak serius terhadap kesehatan kita?
Kehidupan modern memang menawarkan kenyamanan, kecepatan, dan konektivitas yang luar biasa. Tapi di balik semua itu, ada harga yang secara perlahan kita bayar dalam bentuk kesehatan tubuh dan mental yang makin tergerus. Sayangnya, kerusakan ini sering tidak kita sadari karena efeknya nggak instan. Sama seperti junk food yang terasa enak di awal tapi berbahaya dalam jangka panjang, kebiasaan digital juga bisa jadi silent killer kalau dibiarkan terus-menerus tanpa batas.
Banyak dari kita yang merasa baik-baik saja karena tidak merasakan gejala yang ekstrem. Padahal tubuh kita diam-diam memberi sinyal: mudah lelah, susah tidur, mood swing, mata perih, hingga kesulitan fokus. Masalah-masalah ini perlahan merusak kualitas hidup, dan ironisnya—pelakunya adalah rutinitas harian kita sendiri. Di sinilah pentingnya sadar dan mulai mengatur ulang kebiasaan digital sebelum semuanya terlambat.
Sebagai bagian dari edukasi masyarakat dalam menjaga keseimbangan antara teknologi dan kesehatan, Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) turut aktif memberikan informasi dan edukasi tentang dampak kebiasaan modern terhadap tubuh. Organisasi ini menjadi garda terdepan dalam menyuarakan pentingnya gaya hidup sehat melalui pendekatan farmasi yang aplikatif dan mudah diterapkan di keseharian. Kamu bisa mengenal lebih jauh peran mereka di situs resmi pafikotabanggaikepulauan.org, yang menyajikan banyak informasi bermanfaat untuk mendukung hidup sehat di era digital.
Nah, sekarang yuk kita bahas lebih dalam tentang 5 kebiasaan digital yang tanpa sadar bisa merusak kesehatan kita. Beberapa di antaranya mungkin sudah sangat lekat dalam keseharianmu, tapi semoga setelah membaca artikel ini, kamu bisa lebih bijak dalam mengelola waktu digitalmu. Siap? Let’s go!
1. Terlalu Lama Menatap Layar (Screen Time Berlebihan)
Kita hidup dalam dunia yang penuh layar—laptop, ponsel, tablet, smart TV, bahkan jam tangan pintar. Tapi masalahnya bukan di jumlah layarnya, melainkan berapa lama kita menatapnya setiap hari. Studi dari American Optometric Association menyebutkan bahwa rata-rata orang menghabiskan lebih dari 7 jam per hari di depan layar. Efeknya? Computer Vision Syndrome.
Gejalanya mulai dari mata kering, tegang, perih, pandangan kabur, hingga sakit kepala. Belum lagi efek jangka panjang seperti penurunan fungsi penglihatan dan ketegangan otot leher. Kalau kamu merasa matamu cepat lelah akhir-akhir ini, bisa jadi karena terlalu lama di depan layar tanpa istirahat.
Solusinya? Terapkan aturan 20-20-20: setiap 20 menit menatap layar, alihkan pandangan ke objek sejauh 20 kaki (sekitar 6 meter) selama 20 detik. Gunakan blue light filter, atur pencahayaan ruangan, dan jangan lupa berkedip secara sadar. Sesederhana itu, tapi dampaknya besar!
2. Main Gadget Sebelum Tidur
Niatnya cuma mau cek notifikasi atau nonton YouTube 10 menit sebelum tidur, tapi tahu-tahu sudah jam 2 pagi. Pernah kejadian? Jangan khawatir, kamu nggak sendiri. Banyak orang punya kebiasaan ini, dan efeknya lebih serius dari yang dibayangkan.
Paparan cahaya biru (blue light) dari layar gadget bisa mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur tidur. Akibatnya, kualitas tidur menurun, jam tidur berantakan, dan tubuh jadi tidak segar meskipun sudah tidur lama. Dalam jangka panjang, gangguan tidur ini bisa memicu obesitas, depresi, hingga gangguan sistem imun.
Kalau kamu pengen tidur lebih nyenyak dan bangun lebih segar, coba hentikan aktivitas digital minimal 1 jam sebelum tidur. Ganti dengan rutinitas seperti membaca buku fisik, meditasi ringan, atau journaling. Trust me, tidurmu akan jauh lebih berkualitas.
3. Scroll Media Sosial Tanpa Henti (Doomscrolling)
Pernah nggak sih kamu buka TikTok atau Instagram cuma buat “sebentar aja”, tapi akhirnya malah scroll terus sampai lupa waktu? Ini yang disebut doomscrolling—kebiasaan menjelajahi informasi terus-menerus, terutama yang negatif, tanpa kontrol waktu yang jelas.
Masalahnya, otak kita nggak didesain untuk menerima begitu banyak informasi sekaligus. Doomscrolling bisa meningkatkan kecemasan, stres, dan memperburuk kesehatan mental, terutama ketika yang kita lihat adalah berita buruk, body image yang tidak realistis, atau pencapaian orang lain yang bikin minder.
Coba buat batasan waktu main media sosial, misalnya maksimal 30 menit setiap sesi. Gunakan fitur digital wellbeing yang ada di ponsel untuk mengatur screen limit. Kurasi juga akun yang kamu ikuti—follow yang memberi inspirasi dan energi positif, bukan yang bikin kamu merasa “kurang”.
4. Kurang Gerak Karena Aktivitas Digital
Saking sibuknya dengan dunia digital, kita sering lupa untuk bergerak. Duduk berjam-jam depan laptop, rebahan sambil nonton series, atau main game nonstop bikin tubuh kita jadi pasif. Ini yang memicu sedentary lifestyle, gaya hidup minim aktivitas fisik.
Padahal tubuh manusia dirancang untuk aktif. Duduk terlalu lama bisa memperlambat metabolisme, meningkatkan risiko obesitas, diabetes, nyeri punggung, dan bahkan penyakit jantung. Bahkan WHO pernah mengingatkan bahwa kurang gerak menjadi salah satu penyebab utama kematian dini secara global.
Mulai sekarang, coba jadwalkan waktu untuk bergerak setiap 1 jam sekali. Entah itu berdiri, jalan kaki sebentar, stretching ringan, atau sekadar mengubah posisi duduk. Kalau kamu gamer, sisipkan break setiap sesi permainan untuk stretching. Badanmu akan berterima kasih!
5. Multitasking Digital yang Berlebihan
Buka email sambil dengar musik, sambil chat di WhatsApp, sambil buka YouTube di tab lain—kedengarannya produktif, tapi kenyataannya otak kita nggak sekuat itu. Multitasking digital justru bikin performa otak menurun karena terus berpindah fokus.
Penelitian dari Stanford University menunjukkan bahwa orang yang sering multitasking secara digital punya kemampuan konsentrasi dan daya ingat yang lebih rendah dibanding mereka yang fokus pada satu tugas. Efek jangka panjangnya? Sulit fokus, kelelahan mental, dan cepat merasa burnout.
Lebih baik lakukan satu hal dalam satu waktu. Misalnya saat kerja, matikan notifikasi yang nggak penting. Fokus selama 25 menit (gunakan teknik Pomodoro), lalu istirahat 5 menit. Dengan begitu, produktivitas tetap tinggi tanpa bikin otak kelelahan.
Digital, Sehat, dan Seimbang
Kita nggak bisa sepenuhnya lepas dari teknologi—dan memang nggak perlu. Yang kita butuhkan adalah kesadaran dan keseimbangan. Teknologi seharusnya membantu hidup jadi lebih baik, bukan justru menggerogoti kesehatan fisik dan mental secara perlahan.
Jadi, sekarang saatnya evaluasi kebiasaan digital kita. Mulai dari membatasi screen time, tidur tanpa gadget, sampai aktif bergerak dan fokus dalam aktivitas digital. Kesehatan itu investasi jangka panjang, dan kebiasaan kecil hari ini bisa jadi penentu kualitas hidup kita ke depan.
Semoga artikel ini bisa jadi pengingat sekaligus motivasi buat kamu untuk lebih bijak menggunakan teknologi. Kalau kamu punya pengalaman pribadi soal kebiasaan digital yang mengganggu kesehatan, boleh banget share di kolom komentar atau diskusiin bareng teman. Karena perubahan besar selalu dimulai dari kesadaran kecil, kan?
Stay connected, stay healthy.